BANK OF JAPAN (BOJ) NAIKKAN SUKU BUNGA KE LEVEL TERTINGGI SEJAK KRISIS KEUANGAN 2008
![](https://statik.unesa.ac.id/ekonomi/thumbnail/295c2756-13d0-4a63-8758-0733fa11c59e.jpg)
Penulis: Ayu Ratnaningsih
Editor: Fafa Dwi Hari Widiyantoro
Surabaya, 25 Januari 2025 – Bank of Japan (BOJ) pada Jumat (19/1/2025) memutuskan untuk menaikkan suku bunga kebijakan jangka pendek sebesar 25 basis poin (bps) dari 0,25% menjadi 0,5%. Kenaikan ini merupakan level tertinggi sejak krisis keuangan global 2008 dan langkah pertama sejak Juli tahun lalu. Keputusan ini mencerminkan keyakinan BOJ terhadap prospek inflasi yang stabil di sekitar target 2%, didorong oleh kenaikan upah yang semakin meluas. Dalam konferensi pers, Gubernur BOJ Kazuo Ueda mengatakan bahwa yen yang lemah terus memberi tekanan pada harga impor, sementara kenaikan upah semakin tertanam di banyak perusahaan. "Kami tidak memiliki rencana pasti terkait waktu kenaikan suku bunga berikutnya," ujar Ueda, seraya menambahkan bahwa keputusan akan dibuat berdasarkan data terbaru di setiap pertemuan.
Pada pertemuan dua hari yang berakhir Jumat, BOJ
memutuskan kenaikan suku bunga dalam pemungutan suara 8-1, dengan anggota dewan
Toyoaki Nakamura menjadi satu-satunya yang menentang. Langkah ini menegaskan
tekad BOJ untuk secara bertahap menaikkan suku bunga ke level sekitar 1%, yang
dinilai tidak terlalu menekan atau mendorong ekonomi Jepang secara berlebihan. BOJ
juga merevisi proyeksi inflasinya, mencatat bahwa risiko terhadap prospek harga
cenderung meningkat. Dalam laporan prospek triwulanan, bank sentral
memproyeksikan inflasi inti mencapai atau melampaui target 2% selama tiga tahun
berturut-turut. Inflasi inti konsumen Jepang tercatat meningkat 3,0% pada
Desember, laju tercepat dalam 16 bulan, dipicu oleh kenaikan harga bahan bakar
dan makanan.
Prospek Ekonomi yang Lebih Cerah
BOJ menilai bahwa tekanan harga yang meningkat dan
negosiasi kenaikan upah tahunan di banyak perusahaan akan mendukung stabilitas
inflasi. Dalam laporan tersebut, disebutkan bahwa banyak perusahaan berencana
untuk terus meningkatkan upah secara signifikan tahun ini. Kepala serikat buruh
Jepang menyatakan bahwa kenaikan upah tahunan harus melampaui 5,1% seperti
tahun lalu untuk mengimbangi penurunan upah riil.
Dalam proyeksi ekonomi terbaru, BOJ memperkirakan inflasi
inti konsumen akan mencapai 2,4% pada tahun fiskal 2025 sebelum melambat ke
2,0% pada tahun fiskal 2026. Pertumbuhan ekonomi Jepang diperkirakan stabil di
1,1% untuk tahun fiskal 2025 dan 1,0% untuk 2026.
Reaksi Pasar
Setelah pengumuman BOJ, nilai tukar yen menguat sekitar
0,5% menjadi 154,98 per dolar AS, sementara imbal hasil obligasi pemerintah
Jepang (JGB) bertenor dua tahun naik ke 0,705%, level tertinggi sejak Oktober
2008. Keputusan BOJ untuk menaikkan suku bunga disambut oleh para analis
sebagai langkah logis untuk menyesuaikan kebijakan moneter dengan kondisi
ekonomi saat ini. Naka Matsuzawa, Kepala Strategi Makro di Nomura Securities,
menyatakan bahwa langkah ini menunjukkan BOJ masih jauh dari tingkat netral
kebijakan moneter dan kemungkinan besar akan ada penyesuaian lebih lanjut di
masa depan.
Tantangan dan Ketidakpastian
Namun, langkah ini tidak lepas dari tantangan, terutama
ketidakpastian terkait kebijakan ekonomi global. Dengan Presiden Amerika
Serikat Donald Trump yang baru dilantik, potensi perubahan kebijakan tarif dan
kebijakan moneter global bisa menjadi risiko tambahan bagi Jepang.
BOJ berkomitmen untuk terus menaikkan suku bunga jika
proyeksi ekonomi dan inflasi tercapai, meskipun bank sentral menghapus frasa
dalam panduannya yang sebelumnya menyebutkan perlunya memperhatikan risiko
ekonomi dan pasar luar negeri. Keputusan ini menandai langkah penting Jepang
dalam keluar dari periode panjang deflasi dan stagnasi ekonomi. Dengan
stabilitas pasar keuangan yang terjaga, BOJ optimistis bahwa kebijakan ini akan
mendukung pertumbuhan ekonomi jangka panjang.