PERTUMBUHAN EKSPOR JEPANG MELONJAK, NAMUN ANCAMAN TARIF MOBIL AS BAYANGI

Penulis: Egi Eri Wardhana
Editor: Fafa Dwi Hari Widiyantoro
Surabaya, 19 Februari 2025 – Pertumbuhan ekspor
Jepang terus menunjukkan tren positif dengan kenaikan sebesar 7,2% secara
tahunan (year-on-year) pada Januari 2025. Ini menjadi bulan keempat
berturut-turut peningkatan ekspor, didorong oleh permintaan global terhadap
kendaraan dan instrumen ilmiah. Lonjakan ini terjadi setelah pertumbuhan 2,8%
pada bulan Desember, mengindikasikan penguatan kinerja sektor ekspor Negeri
Sakura.
Penguatan ekspor terutama ditopang oleh meningkatnya
pengiriman alat transportasi sebesar 12%, dengan mobil penumpang tumbuh 11,4%.
Selain itu, ekspor instrumen ilmiah dan optik naik 4%, serta bahan kimia
meningkat hampir 5%. Namun demikian, sektor elektronik dan produk manufaktur
mengalami kontraksi masing-masing sebesar 0,6% dan 0,9%. Meskipun data ekspor terlihat
positif, Jepang saat ini menghadapi potensi hambatan besar dalam hubungan
dagangnya dengan Amerika Serikat. Presiden AS Donald Trump berencana menerapkan
tarif impor kendaraan hingga 25% mulai awal April 2025. Hal ini menimbulkan
kekhawatiran mendalam, mengingat mobil merupakan komoditas ekspor utama Jepang
dengan kontribusi sekitar 28% dari total ekspor ke AS.
Peningkatan tarif ini bisa
berdampak serius bagi produsen otomotif besar seperti Toyota dan Honda, yang
mungkin perlu mengatur ulang rantai pasokan dan produksi global mereka. Lebih
lanjut, Takahide Kiuchi dari Nomura Research Institute memperkirakan bahwa
kebijakan ini dapat mengurangi Produk Domestik Bruto (PDB) Jepang hingga 0,2%
dalam dua tahun. Selain AS yang mencatatkan kenaikan ekspor sebesar 8,1%,
negara-negara Asia lain seperti Hong Kong, Taiwan, Korea Selatan, dan
negara-negara ASEAN juga menunjukkan tren positif.
Ekspor ke ASEAN naik 15,6%, dengan pertumbuhan tertinggi ke Singapura yang melonjak 54,4%. Sebaliknya, ekspor ke China justru menurun 6,2%, terutama karena turunnya permintaan terhadap peralatan pembuatan semikonduktor. Walaupun ekspor tumbuh, lonjakan impor sebesar 16,7% pada bulan yang sama menyebabkan Jepang mengalami defisit perdagangan sebesar 2,759 triliun yen (sekitar USD 18,2 miliar). Ini lebih tinggi dari ekspektasi pasar yang memperkirakan defisit sebesar 2,1 triliun yen.

Peningkatan defisit ini,
dikombinasikan dengan ancaman tarif dari AS, bisa menjadi pertimbangan penting
bagi Bank of Japan dalam menentukan arah kebijakan moneternya. Apalagi,
pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dari perkiraan pada kuartal terakhir 2024
memperkuat argumen bagi pengetatan suku bunga.
TREDING ECONOMICS (19 Februari 2025) Japan Export
Growth Accelerates Sharply. Diakses pada: https://tradingeconomics.com/japan/exports-yoy/news/448387
Investing.com (18 Februari 2025) Japan exports climb in January but US auto tariffs could
deal heavy blow. Diakses pada: https://www.investing.com/news/economy-news/japans-exports-rise-for-4th-month-us-auto-tariffs-feared-3876091
Reouters (19 Februari 2025) Japan exports climb in
January but US auto tariffs could deal heavy blow. Diakses pada: https://www.reuters.com/world/japan/japans-exports-rise-4th-month-us-auto-tariffs-feared-2025-02-19/