IHSG TERTEKAN 2%, PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) INDONESIA DAN PROFIT TAKING JADI PEMICU UTAMA
![](https://statik.unesa.ac.id/ekonomi/thumbnail/5833b95c-0ec6-4fb6-bc33-d887b300a7ff.png)
Penulis: Ayu
Ratnaningsih
Editor: Fafa Dwi
Hari Widiyantoro
Surabaya, 7 Februari 2025 – Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) mengalami penurunan tajam pada perdagangan Kamis, 6 Februari
2025. IHSG ditutup melemah 2,12%, atau turun 148,69 poin ke level 6.875,54.
Penurunan ini terutama dipicu oleh aksi profit-taking investor serta rilis data
pertumbuhan ekonomi Indonesia, di mana Produk Domestik Bruto (PDB) tidak
mencapai target yang telah ditetapkan pemerintah. Berdasarkan data dari
Refinitiv, terjadi aksi jual bersih oleh investor asing senilai Rp 490 miliar,
yang mayoritas berasal dari saham-saham perbankan besar. Tekanan pada sektor
perbankan menjadi salah satu penyebab utama pelemahan IHSG, dipengaruhi oleh
tingginya suku bunga dan lemahnya daya beli masyarakat. Penurunan kinerja
bank-bank besar pada kuartal IV-2024 juga menambah tekanan di pasar saham,
sehingga memicu aksi jual oleh investor asing.
Selain aksi profit-taking, lambatnya pertumbuhan ekonomi
turut memengaruhi pergerakan IHSG. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan
pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 hanya mencapai 5,03% secara tahunan
(year-on-year), sedikit lebih rendah dibandingkan tahun 2023 yang tercatat
sebesar 5,05%. Secara kuartalan, pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2024 hanya
mencapai 0,53%, lebih lambat dibandingkan kuartal sebelumnya yang tumbuh 1,50%.
Target pemerintah untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2% pada 2024
tidak tercapai. Salah satu penyebab utamanya adalah stagnasi konsumsi domestik.
Inflasi inti yang dipengaruhi oleh kenaikan harga emas serta penurunan indeks
penjualan ritel sejak Agustus 2024 mencerminkan melemahnya daya beli
masyarakat, khususnya di kalangan menengah ke bawah.
Selain itu, net ekspor yang melemah juga menjadi faktor
penghambat pertumbuhan ekonomi. Sepanjang 2024, total net ekspor hanya mencapai
Rp 513,7 triliun, lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp
514,36 triliun. Pertumbuhan ekspor sebesar 6,51% pada 2024 tidak mampu
mengimbangi pertumbuhan impor yang lebih tinggi, yakni sebesar 7,95%.
Akibatnya, kontribusi net ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi menjadi negatif.
Tahun 2024 sebenarnya diharapkan menjadi momentum
pertumbuhan ekonomi dengan adanya pemilihan presiden (pilpres) dan pemilihan
kepala daerah (pilkada), yang biasanya dapat meningkatkan konsumsi masyarakat.
Namun, realisasi menunjukkan perlambatan ekonomi. Faktor eksternal seperti suku
bunga global dan kondisi geopolitik juga turut memengaruhi aliran modal masuk
ke Indonesia. Ke depan, pemerintah diharapkan dapat mengambil langkah-langkah
konkret untuk mendorong pemulihan daya beli masyarakat dan meningkatkan kinerja
ekspor. Langkah-langkah tersebut diharapkan dapat membantu mempercepat
pemulihan ekonomi dan memastikan pertumbuhan yang lebih optimal di tahun 2025.
CBNC INDONESIA. (2025, 6 Februari). Ekonomi RI Lesu, IHSG Anjlok. Diakses dari https://www.cnbcindonesia.com/news/20250206164927-4-608578/ekonomi-ri-lesu-ihsg-anjlok