TARIF IMPOR AS NAIK JADI 47%: TANTANGAN BARU BAGI EKONOMI INDONESIA

Penulis:
Elyada Christi Octavia
Editor: Fafa Dwi Hari
Widiyantoro
Surabaya, 25 April 2025 - Kebijakan tarif
impor Amerika Serikat terhadap produk Indonesia kembali menjadi sorotan setelah
diumumkan kenaikan dari 32% menjadi 47% pada pertengahan April 2025. Langkah
ini, yang dikenal sebagai "Trump Tariffs," memicu kekhawatiran di
kalangan pelaku industri dan pemerintah Indonesia karena berpotensi mengancam
daya saing ekspor nasional, terutama di sektor tekstil, alas kaki, dan furnitur.
Kenaikan tarif ini terdiri dari tarif dasar 37% ditambah tambahan 10% sehingga
total mencapai 47%.
Pemerintah
Indonesia merespons dengan mengirim delegasi tingkat tinggi ke Washington untuk
melakukan negosiasi guna menurunkan tarif tersebut. Delegasi yang dipimpin oleh
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menawarkan
peningkatan impor produk AS dan pengurangan hambatan non-tarif sebagai bagian
dari strategi diplomasi perdagangan. Negosiasi ini dijadwalkan berlangsung
selama 60 hari, dengan harapan mencapai kesepakatan yang dapat mengurangi beban
tarif bagi eksportir Indonesia.
Dampak dari
kenaikan tarif ini dirasakan langsung oleh pelaku industri dalam negeri. Biaya
tambahan akibat tarif yang tinggi membuat produk Indonesia menjadi kurang
kompetitif di pasar AS, yang merupakan salah satu mitra dagang utama. Menurut
data Badan Pusat Statistik, sektor tekstil dan alas kaki menyumbang surplus
perdagangan sebesar US\$ 3,14 miliar pada awal 2025. Namun, dengan adanya tarif
baru, surplus ini terancam menurun karena penurunan permintaan dari pasar AS.
Selain itu,
kebijakan tarif ini juga memicu kekhawatiran akan terjadinya perang dagang yang
lebih luas, mengingat negara-negara lain seperti China dan Uni Eropa juga
tengah mempertimbangkan langkah balasan terhadap kebijakan proteksionis AS.
Situasi ini menambah ketidakpastian dalam perdagangan global dan menuntut
kesiapan Indonesia untuk menghadapi dinamika yang terus berubah.
Pemerintah
Indonesia menekankan pentingnya diversifikasi pasar ekspor dan peningkatan daya
saing produk dalam negeri sebagai langkah jangka panjang. Upaya untuk
memperkuat hubungan dagang dengan negara-negara lain di kawasan Asia dan Afrika
juga menjadi prioritas, guna mengurangi ketergantungan pada pasar tradisional
seperti AS. Dalam jangka pendek, pemerintah berkomitmen untuk memberikan
dukungan kepada pelaku industri yang terdampak, termasuk melalui insentif
fiskal dan kemudahan akses pembiayaan.
Kenaikan tarif
impor AS hingga 47% menjadi tantangan serius bagi perekonomian Indonesia.
Namun, dengan strategi diplomasi yang tepat dan langkah-langkah kebijakan yang
responsif, Indonesia berpeluang untuk mengatasi hambatan ini dan memperkuat
posisi dalam perdagangan global. Situasi ini juga menjadi momentum untuk
mendorong transformasi ekonomi yang lebih resilien dan berdaya saing tinggi.
Muc.co.id (21 April 2025) Trump’s Tariffs Could Reach 47%, Negotiations with the
U.S. Set to Conclude in 60 Days.
Diakses pada: https://muc.co.id/en/article/trumps-tariffs-could-reach-47-negotiations-with-the-us-set-to-conclude-in-60-days
HEAPTALK (23 April 2025) Indonesia Responds to U.S.
47% Textile Import Tariff, Seeks Fair Trade Resolution. Diakses pada: https://heaptalk.com/news/indonesia-responds-to-u-s-47-textile-import-tariff-seeks-fair-trade-resolution/
AInvest (25 April 2025) Indonesia's Textile Tariff
Talks: A Crucible for Trade and Investment in 2025. Diakses pada: https://www.ainvest.com/news/indonesia-textile-tariff-talks-crucible-trade-investment-2025-2504/
Reuters
(7 April 2025) Indonesia wants fair and equal relationship with US,
President says. Diakses pada: https://www.reuters.com/world/asia-pacific/indonesia-wants-fair-equal-relationship-with-us-president-says-2025-04-07/